Powered By Blogger

Laman

Sabtu, 21 Juni 2014

Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

1.1 Latar Belekang

    Indonesia merupakan negara dengan tingkat aktivitas gempa bumi yang tinggi, sebagai akibat pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Lempeng Hindia (Samudera India – Australia di sebelah selatan), Lempeng Pasifik di sebelah Timur dan Lempeng Eurasia di Utara. Sejak tahun 1991 hingga 2008, tercatat 25 kali gempa dan 9 kali tsunamimerusak. Pada 12 Desember 1991, terjadi tsunami di Flores, diikuti tsunami Jawa Timur 1994, tsunami Biak 1996, tsunami Sulawesi tahun 1998, tsunami Maluku Utara 2000, dan tsunami Aceh Desember 2004, Nias 2005, Jawa Barat 2006 serta Bengkulu 2007. Melihat data tersebut dapat disimpulkan rata-rata hampir 2 tahun sekali tsunami menghantam pantai kepulauan Indonesia. Puncak tsunami di Indonesia terjadi di Aceh pada akhir tahun 2004 yang menelan banyak korban lebih dari 160.000 korban jiwa dan korban harta benda lainnya dengan dampak sosial yang besar.  (http://id.wikipedia.org/wiki/Ina-TEWS)

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

    Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam  (http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami)

    Pengembangan system peringatan dini tsunami adalah sebuah sistem yang dirancang untuk mendeteksi tsunami kemudian memberikan peringatan untuk mencegah terjadinya jatuh korban. Sistem ini tediri dari dua bagian, yaitu jaringan sensor untuk mendeteksi tsunami dan infrastuktur jaringan komunikasi untuk memberikan peringatan dini adanya bahaya tsunami kepada wilayah yang diancam bahaya agar proses evakuasi dapat dilakukan dengan secepat mungkin. Sistem ini digunakan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) untuk memberikan peringatan kepada masyarakat Indonesia jika terjadi gempa maupun tsunami. Sistem ini digunakan jika terjadi gempa yang mempunyai potensi untuk terjadinya tsunami. Sebelumnya sistem ini telah dibuat, tetapi system yang sebelumnya masih mempunyai kekurangan, tujuan perkembangan sistem ini adalah membenarkan kekurangan yang telah ada. Disini ada cara kerja systemnya, cara kerjanya seperti.. .

1. sensor di dasar laut mengukur tekanan air
2. pengukuran dikirim oleh sinyal akustik untuk pelampung di permukaan
3. pelampung mengirimkan sinyal lebih lanjut untuk satelit
4. sinyal ini kemudian dikirim ke stasiun peringatan dini diatas tanah

The Wave Watchdog (Pengawas Gelombang)
“ketika gempa bumi terjadi di tempat tidur, jika laut, jutaan ton air tiba-tiba didorong ke atas - atau tenggelam secara dramatis ke bawah - sehingga menghasilkan gelombang yang kuat. di perairan dalam, gelombang itu bergerak pada tingkat kecepatan yang sangat tinggi. gelombang dapat diidentifikasi oleh detektor tsunami, yang kemudian mengirimkan peringatan melalui satelit.
dengan bantuan data yang diterima dari pemancar pelampung dan model prediksi, itu mungkin, bahkan hanya 15 menit setelah gempa bumi terjadi, untuk menentukan jalur dan kekuatan tsunami. peringatan dapat dikirim ke daerah yang terancam punah segera.” 

Ada beberapa zona yang beresiko tinggi tsunami, diantaranya adalah


Sistem peringatan ini akan ditempatkan disalah satu zona yang benar – benar memiliki zona yang sangat berbahaya, khususnya zona yang berpotensi tsunami. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar